Oleh: Derek Manangka
KEBERHASILAN Donald Trump mengalahkan Hillary Clinton dalam Pemilu Amerika Serikat kali ini, termasuk sebuah kejutan. Bukan saja bagi rakyat Amerika sendiri tetapi bagi dunia.
Sebab hingga sekitar seminggu sebelum pemungutan suara digelar 8 November waktu Washington atau 9 Nopember 2016 waktu Jakarta, kemenangan Trump tak pernah diproyeksikan.
Kecuali televisi Fox, lebih banyak lembaga survei yang menggelar jajak pendapat, di mana hasilnya selalu menggunggulkan Hillary Clinton. Sejumlah komentar mulai membanggakan bahwa Amerika, untuk pertama kalinya akan dipimpin oleh seorang wanita Presiden.
Perubahan terjadi ketika Melanie Trump, isteri terakhir Donald Trump melalui pidatonya seminggu sebelum hari pencoblosan. Berhasil menyentuh perasaan ibu-ibu rumah tangga bagaimana mereka harus berkompromosi dengan anak-anak remaja di era digital.
Indonesia bukanlah negara terpenting bagi Amerika Serikat. Hal ini tercermin dari pidato Donald Trump (Republik) dan Hillary Clinton (Demokrat) selama kampanye mereka. Kalau tidak salah menyimak, nama Indonesia tak pernah disebut oleh kedua politisi papan atas Amerika Serikat tersebut.
Beda dengan negara seperti Meksiko, tetangga terdekat, dan rival utama AS di dunia, khususnya Rusia dan dan RRT.
Namun bagi kita di Indonesia, Amerika Serikat tetap saja penting. Karena negara ini memiliki pengaruh yang cukup besar di percaturan politik internasional.
Dan yang terpenting, bagaimana dampak dan pengaruh tampilnya Donald Trump sebagai Presiden baru AS terhadap hubungan bilateral Jakarta-Washington.
Siapa pihak yang diuntungkan dengan tampilnya pengusaha properti dan kasino tersebut?
Kalau tema pidato awal Donald Trump yang dijadi ukuran, kemungkinan besar hubungan Jakarta-Washington tak lebih baik dari sekarang. Bahkan kemungkinan besar berubah dalam pengertian lebih menurun, untuk tidak mengatakan lebih buruk.
Pasalnya, Trump mengkampanyekan perspektifnya yang kurang positif terhadap eksistensi Islam. Sementara Indonesia mayoritas penduduknya merupakan pemeluk agama Islam.
Trump juga tidak suka dengan pendatang atau imigran.
Memang yang dia maksudkan lebih ke arah imigran yang berasal dari negara-negara Amerika Latin atau yang dikenal dengan sebutan Hispanic. Tetapi secara filosofis, Trump sudah menunjukan ketidaksukaannya terhadap orang yang bukan asli Amerika.
Dan kalau diterjemahkan lebih spesifik, secara teologi politik, konsep Donald Trump tentang yang asli Amerika sangat khas. Yaitu orang kulit putih yang beragama Kristen Protestan.
Mayoritas penduduk AS memang pemeluk Kristen Protestan. Negara adi daya ini sempat 'terguncang' ketika di tahun 1960-an dipimpin John F.Kennnedy, seorang Kristen-Katolik.
Sementara masyarakat yang berasal dari negara-negara Amerika Latin, rata-rata beragama Kristen-Katolik.
Pidato kampanye Trump rata-rata lebih mengajak rakyat Amerika itu melihat ke dalam. Memperkuat Amerika. Membuat Amerika menjadi sebuah negara besar - "Make America Great Again".
Kendati demikian, satu hal yang perlu dicatat, Trump sebagai pengusaha juga punya jaringan dimana-mana. Termasuk di Indonesia.
Sampai dengan tahun lalu, Trump diketahui memiliki hubungan bisnis yang kuat dengan pengusaha Harry Tanoe, pemilik grup media MNC.
Trump dan Tanoe pernah dipublikasikan sebagai pengusaha yang berkongsi dalam pembangunan Trump Hotel di Bali.
Selain dengan Harry Tanoe, Trump juga memiliki hubungan bisnis dengan Setya Novanto, Ketua Umum DPP Patai Golkar.
Masih ingat foto selfie Trump dan Novanto di Trump Tower, New York pada Oktober 2015 ? Saat itu Novanto sebagai Ketua DPR diterima Trump berusaha sejumlah poltiisi Indonesia.
Semenjak pertemuan itu, beredar kabar bahwa Trump bersama Novanto dan Harry Tanoe sudah sepakat akan membangun "Disneyland" di Bogor, Jawa Barat.
Tampilnya Donald Trump membuat harapan James Riady pemilik jaringan bisnis Lippo membangun network Jakarta-Washington, seperti pupus. Berbeda jika Hillary Clinton yang menang. Suami Hillary, Bill Clinton, mantan Presiden AS sudah lama dikenal memiliki hubungan yang kuat dengan keluarga Riady.
Di luar urusan bisnis, kemenangan Donald Trump besar kemungkinan akan membuat tensi di kawasan Laut Tiongkok Selatan akan memanas. Persaingan pengaruh antara Amerika Serikat dengan RRT tak terhindarkan.
Yang paling berbahaya jika AS ikut mengerahkan kekuatan armadanya ke Laut Tiongkok Selatan . Armada ini akan berhadap-hadapan dengan armada Tiongkok. [rmol]
Itulah tadi Artikel RI-AS Setelah Kemenangan Trump, Setnov dan Harry Tanoe Diuntungkan?
Semoga artikel RI-AS Setelah Kemenangan Trump, Setnov dan Harry Tanoe Diuntungkan? yang saya bagikan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat buat anda semua. Oke, sampai disini dulu yaaaah....Lain kali jumpa di postingan artikel berikutnya.
Oh ya... , sebelum anda meninggalkan halaman ini mungkin beberapa artikel yang sengaja kami pilihkan pada halaman di bawah ini juga tertarik untuk membacanya. Jika anda tidak sedang terburu buru saya akan merasa sangat bahagia jika anda berkenan mampir dulu pada beberapa artikel yang telah saya pilih kan dibawah ini.
ARTIKEL LAIN YANG MUNGKIN ANDA CARI